Wanchai, Hongkong.
Dengan budget pas-pasan, dan dengan satu kantong plastik besar mie gelas sebagai bekal, aku dan kedua temanku nekat backpackeran ke salah satu kota tersibuk didunia, terletak di bagian tenggara Tiongkok di Pearl River Estuari dan Laut Tiongkok Selatan, Hong Kong.
Negara selain Indonesia yang pertama aku kunjungi. Perbedaan budaya negara ini dengan Indonesia cukup membuatku terkagum-kagum.
Bukan membandingkan dengan Indonesia tercinta, Indonesia tetap menang dihatiku tentunya. Dengan beragam budaya dan kekayaan yang dimilikinya.
Tetapi mungkin kita bisa sedikit berkaca, tentang budaya antre dan adab dalam menggunakan fasilitas umum. Atau bahkan kita bisa menirunya? Karena tidak ada salahnya meniru sesuatu kebiasaan baik, bukan?
Saat itu aku sedang menunggu bus untuk berwisata ke destinasi selanjutnya. Dengan polosnya aku mengantre tepat didepan halte. Paling depan. Jadi ketika bus berhenti nanti, aku bisa langsung masuk, pikirku.
Kurasakan bulu kudukku merinding. Rasanya banyak pasang mata yang sedang menatapku dari belakang. Saat ku menoleh, benar saja, beberapa pasang mata sedang menatapku, antrean sudah mengular disebelahku. Aku berdiri diluar jalur antre. Langsung kusapu pandangan, aku menemukan kedua temanku, mereka melambai dan berbisik diujung antrean dibelakang sana "Heh.. sini!"
Malu.
Aku langsung meminta maaf sambil membungkuk dan melipir kebelakang bersama mereka. Menyambung menjadi ular disana.
Saat bus datang pun suasana sangat kondusif. Yang masuk terlebih dahulu adalah yang berdiri paling depan, lalu berurutan hingga kursi didalam habis diduduki, dan pintu bus ditutup. Apabila ada orang yang tidak kebagian tempat dan masih berdiri mengantre, ya artinya mereka harus menunggu bus selanjutnya.
Tidak ada desak-desakan, tidak ada serobot-serobotan seperti di Stasiun Manggarai, atau Halte Transjakarta Kebayoran.
Akhirnya aku berhasi menaiki bus setelah menunggu bus kedua. Aku duduk pada kursi deretan kedua paling belakang. Saat ku edarkan pandangan menikmati perjalanan, kebingungan kembali datang mengusik.
Ada sebagian penumpang yang berdiri, padahal kursi deretan paling depan masih kosong melompong.
Bus yang kunaiki berhenti di halte selanjutnya, beberapa anak muda dan seorang nenek tua memasuki bus. Lagi lagi beberapa anak muda itu berdiri, padahal deretan bangku bus paling depan masih kosong. Tapi seorang nenek tua itu duduk, pada salah satu kursi deretan paling depan tersebut.
Alisku berkerut, langsung kuperhatikan beberapa tulisan yang tertera pada deretan bangku itu. Priority Seat. Dan dilengkapi dengan gambar orang tua, ibu hamil, ibu membawa anak dan penyandang disabilitas.
Aku langsung tercenung. Kursi prioritas?. Aku kembali tersenyum, kagum.
Penumpang disana lebih memilih untuk berdiri karena mereka sadar bahwa mereka bukanlah individu yang seharusnya menduduki kursi tersebut. Mereka bukan orang tua, bukan ibu hamil, bukan ibu dengan anak dan bukan penyandang disabilitas. Mereka lebih memilih untuk berdiri, dan membiarkan bangku itu kosong.
Dimana seringnya masih kerap aku menemukan orang yang tertidur dibangku kereta krl, tapi enggan bangun ketika datang seseorang yang lebih membutuhkan kursi tersebut.
Sekali lagi aku tidak bermaksud membandingkan. Tetapi mungkin kita bisa berkaca, terutama tentang budaya mengantre dan adab menggunakan fasilitas umum dengan baik dari mereka.
Mungkin butuh waktu yang lama untuk mengubah suatu kebiasaan. Tetapi bukan berarti tidak mungkin, bukan?
Ayo mulai dari diri kita sendiri, lalu tularkan kebiasaan baik pada orang-orang terdekat dan anak cucu kita kelak.
Regards, cicicipta.
#KataHatiChallenge
#KataHatiProduction