Jadi, ini adalah tentang sebuah episode. Salah satu episode dalam kehidupan yang telah akhirnya kuselesaikan.
Yudisium, 25 November 2018. Suatu pernyataan lulus secara sah. Seperti hal nya ucap akad, aku sudah sah menjadi alumni dari institut tempatku menimba ilmu.
Dimana setelahnya ketika aku pulang, aku sudah tidak menemukan mbah lagi. kondisi mbah menurun, dan dilarikan kerumah sakit. Keesokan harinya cuaca cerah, namun tak secerah hatiku. Hari itu mbah tidak pulang kerumah untuk selama-lamanya. Mbah pergi meninggalkan aku, untuk selama-lamanya.
Satu episode dalam hidupku yang terselesaikan, dan episode terakhir dari seseorang yang sangat kucintai. Yang berperan penuh dalam hidupku, yang tak pernah meninggalkan aku sekalipun. Dan sekarang perpisahan itu benar-benar ada, dan nyata.
Sebenarnya aku tau, bahwa semua yang hidup pasti akan mati, aku tahu betul itu. Tapi yang membuatku tersentak begitu hebat adalah, kenyataan bahwa kematian benar-benar bisa memutus kebahagiaan, sekejab saja, lalu rasanya seperti nalangsa setengah mati.
Sebulan setelahnya, 25 Oktober 2018 aku memakai toga. Inilah salah satu doa yang selalu dipanjatkan mbah dalam setiap sholatnya. Aku tahu itu, aku sering mencuri dengar ketika ia berdoa. Ia berdoa agar aku menjadi anak yang saleha, pintar, dan sukses. Serta kelak memiliki seorang suami soleh yang bertanggung jawab.
Untuk sebuah episode dalam hidupku, doa mu telah terkabul, Mbah. Kau tahu itu?
Meski dalam foto wisuda ini kau tidak tertera dalam bingkai,
Semesta pun juga tahu, kisahku denganmu selalu.
Salah satu episode bertoga itu memang telah usai. Tetapi episode lain masih menanti didepan sana, dan perjuangan belum berakhir.
Akan ku ingat selalu pesanmu, bahwa dunia hanyalah sementara, dan kematian adalah satu satunya kepastian.
Terimakasih- yang mungkin tidak ada habisnya.
Regards, cicicipta.
0 comments:
Post a Comment