Sunday, January 29, 2012

Harapan Sebelum Fajar


“DOKTER !! itulah cita cita ku ! hahaha” dengan suara lantang dan dengan bangga Fahri mengungkapkan cita-citanya. Seorang anak laki-laki dengan keterbatasan ekonomi yang duduk di bangku kelas 3 SMA.
“hahaha mana bisa kamu jadi Dokter Fahri, jangan mimpi, hahaha” ujar Maya seorang anak perempuan dengan keterbatasan ekonomi dan duduk di bangku kelas  3 SMA, ia bersekolah di SMA Amaliah, Bali,  sama seperti Fahri.
“ehh, jangan salah, pokoknya liat aja nanti, aku akan dapat beasiswa, dan kuliah mengambil jurusan kedokteran, pasti itu liat saja nanti” kata Fahri teguh dengan tekadnya.
“yahh.. terserah kau saja lah Fahri” ujar Maya...

 “BRUUUAAAAKK” terdengar suara dari dalam rumah Fahri, Fahri dan Maya pun langsung Menghampiri suara itu...



“Ya ampun ibu, ibu kenapa ?” ujar Fahri langsung menolong ibunya yang terjatuh dari tempat tidur.
“ ibu kenapa ? ibu kok bisa jatuh seperti ini ? memang ibu mau mengambil apa? Ibu kan sedang sakit, harusnya ibu panggil Fahri saja bu !” Tanya Fahri yang beruntun sambil memopong ibunya ke tempat tidur dan di bantu dengan Maya.
“Ibu hanya mau mengambil minum kok nak, lalu ibu hanya pusing sedikit saja kok, kamu nggak usah khawatir ya nak, ukhhuk” jawab ibu dengan sedikit terbatuk-batuk.
“tapi ibu kan bisa panggil Fahri, Fahri nggak merasa direpotkan oleh ibu kok” ujar Fahri kembali.
“Sudahlah Fahri, biarkan ibu beristirahat, mungkin tadi ibu tidak sempat memanggil kamu, sudahlah jangan kamu marahi ibu seperti itu” ujar Maya.
“yasudah, ibu istirahat ya, ibu jangan seperti itu lagi, kalau ibu butuh sesuatu, pokoknya ibu harus panggil Fahri” ujar Fahri pada ibunya.
“iya nak” jawab ibunya sambil tersenyum.
“Fahri, kayaknya aku harus pulang deh, udah sore” ujar Maya. “yaudah, makasih ya May, kamu udah Bantu aku” jawab Fahri.
“iya sama-sama, biasa aja kali, nggak usah sungkan gitu sama aku” ujar Maya.
“Tante, Maya pulang dulu ya” Maya berpamitan.
“iya, makasih banyak ya nak” jawab Ibu sambil tersenyum.
“Asalamualaikum” Maya memberi salam sambil berjalan keluar.
“walaikumsalam” Fahri dan Ibu menjawab salam Maya.
“Ibu, Fahri sayang banget sama Ibu, suatu saat, Fahri ingin sekali membuat ibu bahagia” ujar Fahri tiba-tiba kepada ibunya.
“iya nak, iya” kata ibunya sambil mengelus rambut Fahri.




Esoknya disekolah,
“hei Fahri, gimana keadaan ibu kamu?” Tanya Maya.
“yaa gitu deh, masih sama kayak kemaren, bapak belum punya uang untuk bawa ibu ke rumah sakit” Jawab Fahri dengan nada sedikit rendah.
“aku turut sedih Fahri, pokoknya aku siap nemenin kamu di saat kamu sedih, kamu mau cerita apaaaa aja sama aku juga boleh, udah jangan sedih lagi ya” Ujar Maya menghibur Fahri.
“iya makasih banyak banget buat kamu May, aku beruntung banget punya sahabat kayak kamu” ujar Fahri.
“yaelah kan udah aku bilang, kamu nggak usah sungkan sama aku, gimana sih” Jawab Maya.
“hehe” fahri tertawa kecil.
“Kenapa ? kok ketawa sih?” Tanya Maya dengan heran.
“kalau aku sudah besar dan sukses nanti, kamu mau kan jadi istri ku?” Tanya Fahri dengan sedikit canda.
“eeehhh ? ng, ng, nggak mau” jawab Maya tersipu malu dengan pipi yang agak memerah.
“hahahahahaahhaahha, muka kamu lucu banget sih may, hahahaaha” ujar Fahri.
“ Fahhrriiiii… awas kamu! ” sambil mengejar Fahri yang mulai belari.

“KRIIIINNNNGG” bel masuk berbunyi. Mereka berdua langsung bergegas masuk kelas.
“Anak anak, sebentar lagi kita akan melaksanakan ujian kelulusan, kalian belajar yang rajin untuk ujian itu” ujar seorang guru dalam kelas.
“yaahhh..” keluh siswa-siswi dalam kelas.

Beberapa lama kemudian bel pulang berbunyi. Semua murid langsung berhamburan keluar sekolah.
“May, setelah lulus nanti, kamu mau ngapain May?” Tanya Fahri,
“mmm, nggak tau deh, paling aku Bantu-bantu ibu di warung, atau Bantu bapak di sawah, aku juga nggak berharap banyak akan cita cita ku yang tinggi, aku tau keadaan bapak dan ibu gimana, kalu kamu?” jawab dan tanya Maya.
“ aku sih pengenya sekolah tinggi kedokteran sampai lulus, lalu bisa buka praktek dokter sendiri dan ingin membahagiakan ibu dan bapak” jawab Fahri.
“apa kamu yakin itu akan bisa terwujud ?” Tanya Maya lagi.
“kenapa kamu nggak yakin begitu ?” Tanya Fahri kembali,
“ya kan kita ini sama-sama dari keluarga nggak mampu fah!” jawab Maya.
“aku juga sempat berfikir seperti itu sih, tapi aku yakin, kalau aku mau, pasti aku bisa, di Bantu dengan doa juga tentunya” Jawab Fahri.
“ya bagus juga sih, tapi kamu harus tau keadaan juga ya Fah, jangan sampai karena keinginan kamu yang sebenarnya dapat membahagiakan nantinya tapi malah berubah jadi kesulitan kalau kamu paksa” Ujar Maya.
“iya, aku ngerti kok maksud kamu may” Ujar fahri kemabali sambil tersenyum.

Beberapa lama kemudian mereka sudah sampai di gang dimana mereka berlawanan jalan.
“aku duluan ya May” ujar Fahri.
“iya, hati hati ya” ujar maya kembali.

Akhirnya fahri sampai di rumahnya,
“Asalamualaikum” Fahri memberi salam ketika memasuki rumahnya,
“Waalaikumsalam” Jawab ibu.
“bu, ibu yakin nggak? Kalau aku akan memjadi Dokter yang sukses dan dapat membantu orang-orang?” Tanya Fahri tiba-tiba.
“apapun yang kamu lakukan asalkan itu di jalan yang benar, ibu akan mendukung itu nak ukhhukk” jawab ibu.
“terimakasih bu” Fahri tersenyum.
“iya nak, ukhuukuhkk ukkhhhukk” jawab ibu, ibu terbatuk makin lama makin keras.
“ibu, ibu nggak apa apa kan bu? Ibu sebentar ya, Fahri ambilkan air” Jawab Fahri dan langsung bergegas mengambilkan air untuk ibunya. Beberapa lama kemudian Fahri kembali dengan membawa segelas air hangat.
“ini bu diminum dulu” ujar Fahri lalu ibu langsung meminum air itu.
“Asalamualaikum” terdengar suara dari luar.
“sepertinya itu bapak, sebentar ya bu, Fahri buka pintunya, fahri langsung bergegas membukakan pintu
“Waalaikumsalam pak” jawab Fahri sambil mencium tangan bapaknya.
“ukhuukuhkk ukkhhhukk” terdengar suara ibu yang kembali batuk, bapak dan Fahri langsung manghampiri ibu.
“bu, ibu tidak apa apa?” Tanya bapak.
“nggak pak, ibu nggak apa-apa”jawab ibu,
“nggak apa-apa bagaimana bu? Badan ibu menggigil seperti ini” ujar bapak kembali.
“Nak, ini ada sedikit uang, tidak cukup kalau untuk membawa ibu kerumah sakit, tapi cukup untuk membeli obat yang telah habis, tolong kamu beli ke apotik ya nak!” Kata bapak sambil menyerahkan sedikit uang kepada Fahri.
“Baik pak” Jawab Fahri langsung bergegas menuju Apotik.

Beberapa lama kemudian fahri kembali dengan membawa obat-obat yang di maksud bapak.
“tapi kalau dipikir pikir, untuk makan dan membeli obat saja susah, bagaimana aku akan melanjutkan ke sekolah kedokteran yang biayanya bisa mencapai ratusan juta rupiah, akh, tapi aku tak boleh putus asa, lebih baik sekarang aku belajar untuk ujian” suara dalam benak Fahri.

Keesokan harinya Saat di sekolah, Terlihat banyak siswa mengerubungi papan pengumuman.
“ehh Fahri, itu ada apa ya?, kita kesana yuk!” kata Maya,
“iya yuk” jawab Fahri. Sampailah mereka berdua di depan papan pengumuman yang ramai oleh siswa.
“WAAAAHHH !” Fahri dan Maya tercengang sejenak setelah membaca tulisan yang tertempel di papan pengumuman itu.
“ya ampun Fahri, ini kesempatan bagus!” ujar maya.
“apa maksudnya may ?” Tanya Fahri.
“kamu nggak punya mata ya ? atau nggak bisa baca ?, lihat dong Fahri, dipapan pengumuman ini ditulis, bagi 2 orang yang mendapatkan nilai paling tinggi dan memuaskan dalam ujian kelulusan besok, akan mendapat beasiswa kuliah untuk jurusan apa saja yang ia inginkan ke Belanda, wahhhh Fahri, kamu bisa ngambil jurusan kedokteran, ini kesempatan yang bagus !” ujar Maya dengan penuh semangat.
“waaaahhh iya ya, kok aku nggak kepikiran ya.. wahwah, aku harus belajar keras nih” ujar Fahri.
“nanti aku bantuin, sekalian aku belajar juga, Tenang aja!” ujar Maya,
“waahhh kamu baik banget sih may, makassiiihh yaaa” sambil mencubit pipi Maya.
“aduhh aduh, sakit tau” ujar Maya sambil melepaskan tangan Fahri yang mencubit pipinya.
“hahaha maaf maaf habisnya kamu ngegemesin sih” ujar Fahri sambil tersenyum.
“mmm gemes kenapa lagi?” Tanya Maya dengan pipi yang agak memerah karena malu.
“hahaha nggak tau deh, mungkin karena aku suka sama kamu” ujar Fahri.
“a a apa kamu bilang ?” Tanya maya dengan wajah yang tambah memerah.
“nggak ada siaran ulang ahh hehe” jawab Fahri dengan senyum kecil memandangi maya yang berwajah merah padam,
“wahh kamu kenapa may? Kok pipinya merah begitu? Aku kekencengan ya nyubitnya?” Tanya fahri dengan bingung.
“ng ng nggaaaakk, nggak kenapa-kenapa kok” jawab Maya,

“Krriiiiinggg” tiba-tiba bel berbunyi.
“ehh masuk yuk” ujar maya yang sudah kehabisan kata kata menjawab pertanyaan Fahri yang membuatnya malu.
“lho belum selesai ngomong juga” ujar Fahri.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, Di jalan Sepulang sekolah,
“May, nanti aku pulang untuk izin sama ibu, terus aku langsung kerumah kamu untuk belajar ya may?” ujar Fahri.
“oke aku tunggu ya” ujar maya kembali.

Sesampainya dirumah,
“Asallamualaikum” Fahri memberi salam ketika sampai dirumah.
“waalaikumsalam” jawab ibu dan bapak.
“wahh, tumben bapak sudah pulang?” Tanya Fahri yang tak biasa melihat ayahnya telah pulang.
“iya nak, karena tadi bapak Abdul tetangga sebelah kita memberitahukan kepada bapak bahwa ibu pusing-pusing dan batuk-batuk, apalagi tadi dirumah sedang tidak ada orang untuk menemani ibu, jadi bapak izin pada majikan bapak untuk pulang cepat” jawab bapak.
“wahh bagus kalau bapak sudah pulang, sekalian aku mau memberi kabar bagus untuk bapak dan ibu” ujar Fahri dengan semangat.
“kabar bagus apa itu nak, ukhhuk” Tanya ibu.
“iya bu, begini ceritanya, besok kan Fahri mau ujian, nah tadi Fahri lihat di papan pengumuman, katanya bagi 2 orang murid yang memndapatkan nilai paling tinggi dan memuaskan, akan mendapatkan beasiswa kuliah jurusan apa saja bu, pak, aku ingin sekali mendapatkan beasiswa itu, dan nanti kalau aku sudah berhasil mendapatkan beasiswa itu, aku ingin mengambil jurusan kedokteran sesuai cita-cita ku bu, pak” Jelas Fahri dengan penuh semangat.
“wah itu hebat sekali nak, bapak akan sangat mendukung itu!” ujar bapak.
“iya nak, ibu juga mendukung itu, apalagi itu sangat baik untuk cita-cita kamu nak!” ujar ibu menimpal.

Lalu Fahri langsung menuju ke kamarnya untuk ganti baju dan menggambil buku dan alat tulis yang akan ia bawa untuk belajar bersama Maya,
“bu, sekarang Fahri mau minta izin, Fahri ingin belajar dirumah Maya ya bu” ujar Fahri.
“iya nak, belajar yang rajin ya, pokoknya bapak dukung 100%” ujar bapak.
“iya nak, ibu juga mendukung kamu, kamu belajar yang rajin ya nak, agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan, syukur-syukur kamu bisa mendapatkan beasiswa itu ya nak, ukhhuk ukkhhuukk” ujar ibu.
“iya bu, ibu istirahat saja ya, Fahri akan belajar rajin bu, pak, yasudah, Fahri berangkat dulu ya, assalamualaikum” ujar Fahri dan memberi salam.
“waalaikumsalam” ibu dan bapak menjawab salam Fahri.

Sementara itu,

“mana sih Fahri? lama banget!” ujar Maya yang sudah menunggu Fahri dan sudah menyiapkan segalanya, mulai dari minuman hingga makanan ringan seadanya.
“Assalamualaikum” terdengar Suara Fahri di luar rumah.
“Waalaikumsalam, kamu lama banget sih!” ujar Maya.
“masa sih May aku lama? Aku kan Cuma ganti baju sebentar terus langsung kerumah kamu, kamu udah kangen ya sama aku?, hahaha” ledek Fahri,
“ihh kamu geer banget!” ujar Maya.
“hahaha” Fahri tertawa.
“sudah-sudah, ayo kita mulai belajar” ujar maya,
“iya deh iya” ujar Fahri kembali.

Mereka pun benar-benar belajar dengan penuh semangat, sesaat memang mereka lelah dan menyantap makanan sederhana yang telah disiapkan Maya, lalu mereka meneruskan belajar, tekad Fahri untuk membuat orang tuanya bahagia begitu kuat, ia ingin sekali kelak akan menjadi seorang dokter hebat. Kurang lebih sudah empat jam mereka belajar, hari sudah menjelang sore.


“Maya, sepertinya aku harus pulang deh, sudah sore” ujar Fahri,
“oh iya, yasudah kamu hati-hati ya” ujar maya,
“iya, sekalian aku titip salam buat orang tua kamu kalau mereka pulang nanti ya” pinta Fahri.
“oke” jawab Maya. Fahri pun segera pulang.

Sesampainya dirumah fahri langsung mencium tangan ibunya,
“bu, bapak mana?” Tanya Fahri karena ia tidak melihat keberadaan ayahnya,
“bapak pergi sebentar kerumah pak RT mau meminjam uang nak” ujar ibu menjelaskan, fahri menunduk diam dan menatapi kedua tanganya, saat itu ia benar-benar bertekad kuat untuk belajar bersungguh sungguh dan mendapatkan beasiswa keluar negeri dan menjadi seorang dokter hebat.
“Asalamualaikum bu, Fahri, Asalamualaikum..” terdengar suara orang di luar, tetapi rasanya itu bukan bapak, bukan pula Maya, tidak menunggu lama Fahri langsung membukakan pintu dan terlihat disana ternyata itu adalah pak RT,
“waalaikumsalam, ada apa pak? Ada yang bisa saya bantu?” ujar Fahri
“bapakmu Fahri, bapakmu, dia tertabrak mobil sepulang dari rumah saya nak” jelas pak RT, fahri tercengang sejenak serasa ia tak percaya dengan apa yang tadi ia dengar
“bapak dimana sekarang?” ujar fahri dengan kagetnya
“di Rumah sakit Sampira nak, ayo lekas kita kesana” ujar pak RT,

Bergegas Fahri dan ibunya di antar mobil pak RT menuju ke rumah sakit tersebut,
“Cobaan apalagi ini nak…” ibu mulai menangis dalam perjalanan menuju rumah sakit,
“ibu sabar bu, serahkan semua pada yang kuasa” ujar Fahri menenangkan hati ibu. Sesampainya ia dirumah sakit Fahri melihat dari kaca ruangan, sekujur tubuh ayahnya yang dipenuhi luka, tak bisa ia menahan air mata yang mulai mengalir, terlihat seorang dokter yang keluar dari dalam ruangan bapak, Fahri langsung mengahampiri dokter itu
“Dok bagaimana  keadaan bapak saya dok?” Ujar Fahri
“iya Dok suami saya bagaimana? Baik baik saja kan?” Tanya ibu, dokter itu tidak berkata apa pun, ia menolehkan kepalanya ke dalam ruangan yang bapak tempati dan menggelengkan kepalanya, Fahri dan ibu langsung tercengang dan mengalihkan pandanganya kepada ayahnya, dan perlahan ia melihat ayahnya mulai diselimuti oleh kain putih hingga menutupi seluruh tubuhnya hingga kepalanya pun tertutupi,
“Bapaaaaaaaaaakk…” ibu menjerit tak kuasa melihat sang pahlawan keluarga telah pergi untuk selamanya, Fahri hanya terdiam menundukan kepala dan berkaca-kaca ia mulai memeluk ibunya dengan erat dan menenangkan ibunya, sosok Fahri begitu tegar saat itu, ia memendam air matanya demi ibunya, saat itu Fahri telah menjadi tulang punggung keluarga, ia harus mulai mencari pekerjaan demi Ibunya, Ibu yang kini adalah satu-satunya keluarga yang  ia miliki.




Saat itu ibu terlihat mulai sesak nafas dan mulai tak sadarkan diri
“ibuuuu” Fahri membawa ibunya kedalam ruang dokter, dan segera di periksa, “ibu sadar bu, ibu sadar jangan tinggalkan fahri sendiri” Fahri mulai berkaca kaca, lalu ibu mulai sadar dan mulai berbicara
“Nak.. jadilah seorang dokter hebat, jadilah anak kebanggaan ibu nak”,
“ibu? Iya pasti bu, pasti” Ujar Fahri yang saat itu tengah amat gelisah dengan keadaan ibunya. Ibu mulai tak sadarkan diri kembali dan Fahri mulai panik
“Ibu…. Ibu… Sadar bu!” dokter yang ada di belakang Fahri langsung memeriksa keadaan ibu dan memegang pundak Fahri lalu menggelengkan kepalanya
“Penyakit ibumu sudah terlalu parah”, Fahri hanya terdiam dan berkaca kaca, ia memandangi ibunya yang mulai diselimuti kain putih, Fahri terdiam tak dapat berbuat apapun,
“Fahri… Fahri….” terdengar suara Maya, Maya memeluk Fahri dari belakang dengan erat, Maya Amat sangat tergesa-gesa, Maya berlari menghampiri Fahri dengan kaki telanjang tanpa mengenakan alas kaki, terlihat banyak pasir putih yang menempel di kakinya, Fahri pun tak kuasa meneteskan air matanya, kini pun ia tinggalah seorang diri, bersama cita-cita mulianya.

Acara Pemakaman pun Usai, semua orang telah pergi, kecuali Fahri dan Maya, Fahri terus duduk terdiam memandangi makam orang tuanya.
“Fahri, ayo kita pulang” Ujar Maya.
“Aku belum bisa may” Ujar Fahri,
“Belum bisa apa maksudmu?” Tanya Maya
“Aku belum bisa membahagiakan Bapak dan Ibu may” Ujar Fahri sambil menundukan kepalanya, Maya tersenyum dan mulai menggenggam tangan Fahri, kemudian mata Fahri yang berkaca kaca menatap Maya
“Tersenyumlah Fahri, Ibu dan Ayahmu akan bahagia di surga apabila kau tetap tersenyum sambil terus bertekad akan cita-citamu itu, bejuanglah Dokter Fahri” Maya tersenyum lembut saat itu, begitu lembutnya hingga hati Fahri mulai tenang akan semuanya, kehadiran Maya benar-benar sangatlah berarti untuknya.

Ujian sekolah pun dimulai dengan menggebu-gebu semangat Fahri tidaklah patah, walaupun kini ia tinggal dengan pamanya tanpa kehadiran orang tua pun, Fahri tetap tegar, ia bertekad lebih kuat untuk menjadi seorang dokter hebat kelak.

Beberapa Minggu kemudian Hasil Ujian pun telah keluar, ternyata Fahri menduduki urutan ke dua pada Nilai tertinggi saat ujian, ia pun berhak menerima beasiswa tersebut, Ia langsung menuju makam kedua orang tuanya dengan berkaca-kaca
“Bapak, Ibu.. Apakah kini bapak Ibu bangga pada Fahri” Menahan Tangis Fahri duduk di sebelah makam kedua orangtuanya.

Dengan Hati senang Fahri Berlari menghampiri Maya kerumahnya,
“Assalamualaikum, Maya..”, panggil Fahri didepan pintu rumah Maya,
“eh Fahri, Maya nya tidak ada tuh Fah” yang ternyata adalah ibu Maya membukakan pintu,
“ Oh iyasudah Terimakasih tante” Ujar Fahri
“iya sama sama” Ucap Ibu Maya.
“kemana sih Maya?” Gumamnya dalam Hati,
ia teringat, saat itu Maya menghampirinya kerumah sakit ketika kedua orang tuanya meninggal dunia, dengan telanjang kaki dan kakinya pun dipenuhi oleh pasir, dari mana Maya kira-kira, pikirnya dalam hati
“Oh ya! Pantai!” Fahri terpikir akan satu tempat yang ia fikir Maya sedang berada di sana saat ini, Fahri langsung bergegas ke pantai Kuta, pantai yang paling dekat dengan tempat tinggalnya.
   
Sesampainya di sana, Fahri melihat Maya sedang memandangi senja, menatap dalam senja dengan penuh harap,
“Maya…” Panggil Fahri pada Maya, Maya pun menolehkan pandanganya pada Fahri, Fahri langsung memeluk Maya, wajah Maya berubah merah padam,
“Aku berhasil May Aku mendapatkan beasiswa itu!” dengan senang hati Fahri memeluk erat Maya dan menceritakan semuanya,
“Fahri.. Fah..” Maya benar benar tersipu malu dalam pelukan Fahri,
“Oh iya maaf May maaf aku terlalu senang tadi jadi…” Fahri pun tersipu malu dan melepaskan pelukanya pada Maya, Maya tersenyum lembut
“Kau pasti bisa Fahri”ujar Maya, Fahri memandangi bola mata Maya dan mulai menggenggam erat tangan Maya
“Berjanjilah padaku May..” Maya kaget dan terdiam, pipinya memerah, senyum simpulnya menandakan bahwa ia menyimpan suatu perasaan pada Fahri,
“Bila aku pulang dari Belanda nanti, dan bila aku sudah menjadi seorang dokter yang hebat, aku akan menikah dengan mu” saat itu angin berhembus lembut membelai rambut Maya,
“Berjanjilah kamu akan tetap menunggu ku” Ujar Fahri mengukir janji, di antara laut Kuta dan senja, mereka berjanji akan selalu bersama, Maya Menganggukan kepala dan mulai meneteskan air mata bahagia, Fahri mulai memeluk erat Maya
“akan kutunggu Fahri, cepatlah hebat, jadilah seorang Dokter dan segeralah pulang” Ujar Maya mengikat dirinya dengan tali janji pada Fahri.

“Pesawat penerbangan 212 telah Lepas Landas pada pukul 16:00 WITA, Ngurahrai, Bali, kembali diinformasikan pesawat  penebangan 212 telah Lepas Landas pada pukul 16:30 WITA, Ngurahrai, Bali”

Gapailah mimpimu, Berusahalah.. doa ku selalu menemanimu, hati dan cinta ku selalu bersamamu, apabila gundah mulai menyapamu, berilah ia senyuman, tunjukan bahwa dirimu kuat, apabila resah mulai menghampirimu, tersenyumlah, tunjukan bahwa kau lebih kuat dari apa yang aku bayangkan, cepatlah hebat, jadilah seorang Dokter, dan segeralah pulang… Fahri

_________________________________________________________________________________

Next Sequel : Senja Di Pantai Kuta

Kita Telah Berjarak, Ratusan, Ribuan,bahkan Jutaan kilo meter, Hingga tidak dapat terjangkau oleh pandangan seluk beluk hati, Hingga tak mampu untuk menggapai jemari tanganmu, Bahkan hingga tak mampu untuk melihat bayangmu, Hingga tak bisa merasakan semua kasih mu lagi, Semua Kasih sayangmu...


Regard   : @cicicipta   

0 comments:

Post a Comment

Happy Apple