Presequel of : Harapan Sebelum Fajar
Kita Telah Berjarak, Ratusan, Ribuan,bahkan Jutaan kilo meter, Hingga tidak dapat terjangkau oleh pandangan seluk beluk hati, Hingga tak mampu untuk menggapai jemari tanganmu, Bahkan hingga tak mampu untuk melihat bayangmu, Hingga tak bisa merasakan semua kasih mu lagi, Semua Kasih sayangmu...
“pesawat penerbangan 212 telah tiba pada pukul 16:30 WITA, Ngurahrai, Bali, kembali diinformasikan pesawat penebangan 212 telah tiba pada pukul 16:30 WITA, Ngurahrai, Bali”
Kemerah-merahan memantul pada air laut nan luas itu, angin senja menyejukan suasana hati, hari yang telah lama ku nantikan, akhirnya datang jua, indahnya kuta, mempertemukan kita kembali
Sambil membawa koper berpakaian jas seorang Dokter berwarna putih, Fahri, memandangi Maya yang tepat di depanya sedang memandangi senja
“lange tijd niet gezien, Maya, seperti biasa selalu memandangi senja dengan penuh harap” sambil tersenyum lembut.
Dengan kemeja batik dan rok panjang, rambut panjang hitam legam berkepang dengan bunga kambodja di telinga kirinya, Maya, berbalik badan menghadap Fahri
”welkom terug, Fahri” tersenyum dengan pandangan mata lembut.
Maya dengan senyum simpulnya tertanda ia bahagia, bahagia tak terhingga bertemu kembali dengan sang kekasih yang sekian lama telah terpisah jauh, pada gelondongan kayu itu sambil menatap senja
“4 tahun sudah ya Fahri” ujar Maya sambil tersenyum memandangi senja,
“ya tidak terasa, aku sangat merindukan suasana kuta” Fahri tersenyum memandangi senja lalu beralih pandang pada Maya
“ Aku merindukanmu” Ujar Fahri sambil menatap tajam pada Maya,
Maya beralih pandang pada Fahri dan mulai tersenyum, kemudian menundukan kepalanya dengan pipi merah kemudian memandangi kedua kakinya yang penuh dengan pasir, ia terdiam tidak mengatakan sepatah katapun.
“kau tahu Maya? Aku belajar mati-matian selama ini, ternyata benar katamu, kini aku bisa menggapai apa yang kuimpikan, kini aku benar-benar menjadi seorang dokter hebat” Tutur Fahri tiada henti seraya hatinya senang tiada kira akhirnya ia dapat meraih cita citanya selama ini sambil memandangi senja dengan tatapan mata bahagia dan bersemangat.
“Aku tahu kau pasti bisa melakukanya Fahri” ujar Maya sambil tersenyum ke arah Fahri.
“ Maya, Ik hou van je” Fahri berbicara pada maya dalam bahasa asing dan kembali menatap tajam pada Maya. Maya hanya memandangi Fahri dengan agak sedikit bingung
“itu… apa artinya Fahri?, Tanya Maya dengan terbingung-bingung. Fahri hanya tertawa kecil
“haha kufikir kau menguasai betul bahasa belanda May” ejek Fahri,
“Huh Aku hanya hafal beberapa kosa kata saja, tidak semuanya” Ujar Maya menanggapi ejekan Fahri.
“Aku cinta kamu” Fahri mengulangi pembicaraanya dalam bahasa Indonesia sambil memandangi senja, saat itu terdengar suara ombak hingga suara Fahri tidak dapat didengar oleh Maya,
“Apa?” Ujar Maya bingung karena tidak mendengar suara Fahri.
“Aku mencintaimu Maya” saat itu angin berhembus lembut membelai rambut Maya, Fahri memandangi Maya dengan tatapan mata tajam, lalu seketika ia berbalik pandang pada senja, Maya mencium pipi Fahri lalu berdiri dari tempat duduknya dan maju beberapa langkah dari tempat duduknya, kemudian memandangi senja sambil berdiri dengan ekspresi yang agak tidak bersemangat, Pipi Fahri memerah kemudian Fahri memegang pipinya yang barusan telah di kecup oleh maya, Fahri berdiri dan mulai berjalan menghampiri Maya yang tepat di depanya lalu menggenggam kedua tangan Maya.
“Maya, menikahlah denganku” dengan tatapan mata serius begitu ia mencintai Maya, ia ingin lekas mempersunting gadis yang ia cintai itu dan menikahinya, Mata Maya terus memandangi mata Fahri dengan lembut hingga matanya berkaca-kaca, pandangan mata Fahri begitu tajam
“Aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu” Janji Fahri untuk Maya,
Maya mulai meneteskan air mata dan memandangi Jemarinya yang digenggam erat oleh Fahri, Fahri mulai memandangi tiap jemari Maya kemudian ia melihat telah ada sebuah cincin dengan berlian yang melingkar di jari manis Maya, raut wajah Fahri seketika berubah seraya hidupnya tidak ada gunanya lagi, Maya mulai melepaskan genggaman tangan Fahri dengan perlahan dan mulai mengalihkan pandanganya pada senja, Maya mulai menangis meratapi semua ini, Fahri hanya terdiam dan menundukan kepalanya, serasa hatinya hancur berkeping-keping.
Maya, Sambil menangis dan memandang senja
“ Maafkan aku Fahri, maafkan aku, aku tidak bermaksud mengingkari janji kita, Tapi, Ayahku… Ibuku…” Ujar maya sambil meneteskan ribuan air matanya,
Fahri yang serasa tidak mempunyai semangat lagi mulai bangkit dan menghampiri Maya, ia Memegang kedua pundak maya, dan memandangi mata Maya yang terus berlinangan air mata, lalu menghapus air mata Maya dengan senyuman lembut, Maya memandangi senyuman lembut Fahri, namun Maya tahu akan satu hal, Mata Fahri tidak bisa menutupi semua kenyataan, bahwa hatinya kini telah hancur.
Maya pun tak dapat lagi memendam air matanya lalu ia kembali meneteskan air mata, Fahri kembali tersenyum lembut dan memandangi kedua mata maya dan menghapus air matanya kembali untuk yang kedua kalinya,
“Sudahlah Maya, tidak usah khawatir aku tidak apa-apa” Kembali tersenyum lembut kepada Maya.
Tiada dendam sedikitpun tergores pada bola matanya, Maya yang masih meneteskan air mata tidak dapat berbuat apa-apa lagi dengan ketulusan hati Fahri
“Terimakasih Fahri..” hanya ucapan terima kasih yang dapat Maya sampaikan, nada bicaranya pun tiada lain ber-artikan sebuah kata perpisahan, Maya terus meteskan air matanya, sulit ia melepas semuanya, “Sudahlah jangan menangis” Fahri kembali tersenyum lembut dan mulai merelakan kepergian Maya darinya,
Maya menganggukan kepala lalu menghapus air matanya, ia mulai berbalik badan dari Fahri dan mulai berjalan meninggalkan Fahri,
Fahri memandangi kepergian Maya dan menundukan kepalanya, ia mengepalkan tangan nya dengan erat, lalu menarik nafas panjang dan mulai tersenyum lembut melihat kepergian Maya darinya.
Saat itu.. matahari benar-benar tenggelam dan hari pun mulai gelap gulita.
Andaikan dirimu berjalan terus menjauhi dan terus berjauhan, Aku akan tetap berdiri pada tempatku, Menantimu berputar arah dan mendekat padaku, Tersenyumlah Maya…
END
Regard : @cicicipta
0 comments:
Post a Comment