Thursday, November 26, 2015

My Daddy, My Hero







"Cici, aku duluan ya?"

"Ya, hati hati dijalan"

Jarum jam sudah menunjukan pukul 21:00, sudah waktunya bagi aku juga rekan rekan kerjaku untuk pulang, namun berkas berkas yang berserakan di meja ku ini berkata lain, sepertinya aku harus pulang leih larut dibandingkan yang lain. Gedung kantor  yang tadinya begitu ramai kini sudah mulai sepi, hanya tinggal beberapa lampu ruangan yang menyala, termasuk lampu ruang kerjaku.

Pyar!

Suara petir yang lumayan besar terdengar begitu bising ditelinga, sepertinya hujan lebat akan segera tiba. gawat, bagaimana ini? Jangan jangan ayah sudah menungguku diluar? Kasihan ayah jika harus menunggu diluar sedangkan sebentar lagi akan turun hujan. Dengan sigap aku merapihkan berkas berkas yang ada di meja ku, memasukanya kedalam laci kemudian bergegas keluar ruangan kerjaku dan menguncinya. lalu aku segera menuruni tangga kantorku kemudian keluar dari gedung ini.
Terlihat percikan percikan air yang mulai menetes membasahi bumi, juga angin kencang yang berhembus, membuat air hujan ini sedikit demi sedikit mengenai baju ku walaupun kini aku sedang berdiri di bawah teras gedung.

Aku edarkan pandanganku keseluruh penjuru halaman gedung kantor, tidak ada sosok ayah yang sedang menungguku, mungkin ayah sedang dalam perjalanan. Sesekali aku melirik pada jam yang tersemat pada pergelangan tangan kiri ku, waktu semakin larut, hujan mulai terasa semakin lebat bersamaan dengan angin yang bertiup semakin kencang, aku menoleh ke kanan dan kekiri, mencari sosok ayah dengan motor bebek berwarna hijau yang selalu senantiasa menjemputku meski waktu sudah semakin larut
Silau. kulihat silau lampu mobil yang datang mendekat , mobil itu berhenti di hadapanku.

"Ci, bareng aku aja yuk!” pemilik mobil itu membuka kaca jendelanya, membuatku tahu, mobil milik siapa itu.

"Oh, Elsa? Kamu belum pulang?” Tanya ku pada pemilik mobil ini , ia adalah salah satu rekan kerja ku yang  bisa dibilang berlatar belakang orang berkecukupan

“"Iya belum, ayo bareng aku aja, kita kan searah"” tawar Elsa sekali lagi

“"Ah aku masih nunggu, nanti ada yang jemput aku kok"”dengan halus, aku berniat menolak ajakanya.

Mana mungkin tiba tiba aku pulang bersama dengan Elsa sedangkan aku yakin kini ayah sedang dalam perjalanan menuju kemari, terlihat Elsa juga mulai mengedarkan pandanganya keseluruh penjuru halaman kantor dengan wajah penuh tanda tanya

“Yakin kamu gak mau bareng aku? hujan tambah deras lho, Ci"

Tidak lama, terdengar suara kendaraan yang terdengar tak asing lagi bagiku, senyumku terkembang ketika aku mendapati motor bebek berwarna hijau milik ayah berbelok ke arah gedung kantorku, ayah terlihat setengah basah kuyup dengan jaket kulit usang yang tengah ia kenakan

“Ah gak usah khawatir Elsa, yang aku tungguin udah dateng kok” mataku berbinar, penuh semangat
Elsa lantas menolehkan pandanganya pada ayah yang tengah memakirkan motornya di hadapanku juga di hadapan mobil milik Elsa

Elsa mengerutkan keningnya, "Lain kali kalau jemput agak cepet dikit pak, kasihan kan temen aku nungguin lama"
Ayah hanya tersenyum sambil terkekeh pelan mendengar perkataan Elsa barusan, lantas ayah langsung memberikan sekantung plastik berisi jas hujan padaku

"Kalau terlambat terus jemputnya mendingan kamu cari tukang ojek lain aja, Ci" Cetus Elsa

Mataku membulat mendengar perkataan Elsa barusan, bagaimana bisa Elsa mengira Ayah adalah tukang ojek? Aku khawatir, khawatir dengan hati ayah yang akan tersakiti oleh perkataan Elsa barusan, namun ini juga bukan kesalahan Elsa sepenuhnya, toh dia juga tidak tahu yang sebenarnya. Aku lihat senyum ayah mulai memudar, namun ayah tetap mencoba tersenyum dan menampakan gigi gigi putih nya, rambutnya yang tengah sedikit memutih oleh usia, juga jaket kulitnya yang setengah basah oleh gerimis air hujan, Ayah.. kau lah ayah yang selalu aku sayangi, Ayah yang selalu aku dambakan

"Dia, Ayahku, Elsa"senyumku terkembang.. bukan salah Elsa, aku tahu, dia pun tidak bermaksud menyakiti hati pahlawanku.

"Ah? Ma.. maafkan aku om, aku nggak tau" terlihat Elsa juga merasa sedikit bersalah, aku tahu, dari cara bicaranya yang sedikit tergagap

"Yaudah aku pulang dulu sama ayah ya, Sa, sampai jumpa"

Aku langsung bergegas menaiki jok belakang motor kesayangan ayah ini

"Ayo ayah, sebelum hujan makin deras"

"Pakai dulu jas hujan itu!" perintah ayah

Matanya tertuju pada kantung plastik berisi jas hujan pemberiannya tadi yang sedang aku genggam. Yang benar saja ayah? Kau berikan jas hujan padaku sedangkan kau sendiri hanya memakai jaket kulit yang tengah usang? Lenganmu juga pundakmu pun kini setengah basah akibat tetesan air hujan yang merembes masuk kedalam jaket kulit yang kau kenakan.

"Aku lagi pengen main ujan ujanan, Yah!"

"apa?" Alis ayah mengkerut, kebingungan

"udah, Yah, ayo cepetan kita pulang!"

Ayah hanya menggeleng gelengkan kepalanya, ayah pun mulai menyalakan mesin motor bebek miliknya ini dan memutar gas pada stang kanan yang ia genggam

"Aku duluan ya, Elsa!" Pamit ku pada Elsa sambil melambaikan tangan,

Aku bisa melihat Elsa barusan memandangku dengan tatapan aneh, entah apa yang ia fikirkan sekarang, yang jelas, inilah ayahku, dan aku bangga. Aku selalu bangga menjadi anak darinya,  dia adalah satu satunya pria yang memperlakukan aku bak putri mahkota

Ayah adalah satu satunya pria yang tak pernah bisa memejamkan mata apabila aku belum tiba dirumah dengan selamat.

Ayah ialah satu satunya pria yang pergi bekerja pada pagi buta dan pulang petang tanpa pernah mengeluh hanya untuk mencari sesuap nasi demi menghidupi keluarga beserta diriku.

Ayah adalah satu satunya pria yang tak akan pernah membiaran aku jatuh ke tangan pria yang salah.
Dia lah ayah ku, pahlawanku


___________________________________________________________________________



Challenge : Pahlawanku
One Week One Paper
Tangerang, 10 November 2015
By : Suciati Cipta Sejati👸 /cici
Happy Apple