Sunday, January 13, 2019

Halal is My Way


Assalamu'alaikum 

Setelah pulang jalan-jalan dari salah satu negara yang berpenduduk minoritas muslim beberapa waktu lalu, saya jadi bersyukur karena selama ini hidup dan besar di Indonesia. Kenapa bisa gitu? Sederhana saja, karena saya bisa bebaaaas memilih makanan tanpa takut akan statusnya. Lho kok status? Iya, status halal dan haramnya.

Selama 5 hari diluar sana celingak-celinguk cari makanan yang punya logo halal susahnya minta ampun. Udah kayak nyari jerami diantara tumpukan jarum. Sakiiiit banget, cuy. Setelah pulang ke Indonesia, Aahhh a kind of Baiti Jannati. Sate madura, nasi padang, martabak bangka~ oh Indonesia ku, jaya negeriku, merah putih benderanya, halal-halal makananya.

Eits tapi nggak semudah itu, Ferguso.
Rabu lalu, 26 Desember 2018 saya punya kesempatan emas untuk ikut acara End Year Meet Up di Walking Drums - Jakarta Selatan secara gratisss berkat Indonesian Hijab Blogger. Dan setelah kurang lebih satu setengah jam diberi gemblengan oleh Teteh Khadija Peggy Melati Sukma dan Kak Devita (@uuwnik), rasanya saya langsung patah hati. Bukan patah hati karena dikhianati, tetapi patah hati karena sadar bahwa selama ini saya nggak pernah berhati-hati.

Karena halal, bukan hanya apa yang kita konsumsi saja, bahkan lebih luas lagi maknanya.

Deg

Fikiran saya langsung diremas-remas dan dipaksa mengingat-ingat hal yang sering luput dari perhatian, yaitu “logo halal”. Restoran yang sering saya datengin? Kosmetik yang sering saya pakai? Skincare??? saya langsung pusing, serius.

Alih-alih tinggal di Indonesia dengan masyarakat mayoritas umat muslim, beli ini itu asal comot saja, nggak liatin dulu itu ada logo halalnya atau enggak. Makan dimana-mana juga asal embat aja, yang penting no b2 dan no alkohol. Padahal nggak mengandung b2 dan alkohol pun belum menjamin kehalalan suatu makanan. Karena salah dalam tata cara pemotongan hewan pun, bisa menjadikan makanan tersebut tidak halal. Jadi, negara dengan mayoritas beragama Islam, belum menjamin segalanya jadi halal. Oke, saya galau lagi pemirsah.

"Wah ternyata Istiqomah itu nggak gampang ya, Rosalinda?"
 "Ya iyalah nggak gampang, makanya hadiahnya surga. Kalau gampang mah hadiahnya kipas angin, Ferguso"

Selain Halal, ada juga perkara Haram dan Syuhbat. Halal adalah sesuatu yang diperbolehkan, Haram adalah sesuatu yang dilarang dan Syuhbat ada diantara keduanya yang belum diketahui.

Apa yang dihalalkan tidak bisa diharamkan, begitu juga sebaliknya. Dan tinggalkanlah syuhbat, karena ada potensi haram didalamnya. Walaupun ada potensi halalnya, namun hanya boleh dikonsumsi ketika sudah halal.

Karena mencegah lebih baik, kan? Lebih baik meninggalkan syuhbat demi mencari ridha Allah Subhanallahu Wata’ala.

Memang benar, sesuatu yang haram juga ciptaan Allah. Namun kita sebagai manusia, sebagai makhluk yang paling sempurna, kita diberikan akal untuk berfikir, untuk mencari petunjuk. Maka kejarlah petunjuk itu, untuk mencari sesuatu kehalalan. Semata demi mengejar ridha Allah, dan salah satu usaha untuk menjemput hidayah Allah.

Haram itu langkah setan, dan setan adalah musuh yang nyata bagimu.

Ditengah gemblengan Teh Khadija, salah satu peserta tiba tiba mengangkat tangan dan bertanya,

Tapi, nggak apa-apa kan makan makanan yang belum ada label halal MUI nya? Kan yang penting kan dikomposisinya nggak ada b2 dan alkohol?

Lho? darimana dirimu bisa menjamin jika hanya dengan melihat komposisi saja? Cara masaknya, bagaimana? Alat masaknya? Tempat dia mengolahnya? Cara dia membunuh hewan tersebut sebelum menjadi makanan? Dan lainya. Ada banyak kemungkinan kemungkinan yang membuat makanan tersebut menjadi haram walaupun dengan komposisi yang halal. Dan mengkonsumsi makanan, minuman, kosmetik, skincare dan lainya yang memiliki label halal MUI sebenarnya telah menyelamatkan kita, dan memudahkan kita. InsyaAllah, itu adalah salah satu bentuk ikhtiar kita untuk semakin taat kepada Allah.

Adalah suatu nasihat yang membuat saya benar-benar nyeri waktu itu-

Keberkahan dan petunjuk terhalang oleh sesuatu yang haram

Naudzubillah.. ngeri banget nggak, sih? udah dosa, berkah dan petunjuk juga jadi kehalang, duh jadi double-double inimah ruginya :(

Terus bagaimana cara kita membenahi diri?
  • Yang pastinya, meninggalkan segala sesuatu yang haram dan syuhbat.
  • Perbanyak ibadah, karena ibadah menjauhkan dari sesuatu yang haram dan mendekatkan diri pada iman
  • Sedekah dan zakat juga membersihkan yang haram
  • Jangan lupa berpuasa untuk membersihkan hati
  • Dan yang terpenting adalah sholat, untuk membersihkan perbuatan keji dan mungkar.

Karena cara kita bersyukur itu bukan hanya dengan lisan yang mengucap “Alhamdulillah” tetapi juga menunjukannya dengan perilaku taat kepada Allah dan makin percaya pada Allah.

Tema kajian End Year Meet Up ini benar-benar berharga. Saya belajar banyak. Awalnya saya galau berat, karena setelah pulang dari kajian tersebut saya banyak menemukan perkara syuhbat pada skincare yang selama ini saya pakai. Sayang sih, kok rasanya mubazir mau dibuang. Tapi balik lagi ke niat kita, dari segi manapun, lebih baik merelakan sedikit skincare yang nggak seberapa dan makin disayang Allah.

Jadi, balik ke pertanyaan awal, “Mengapa Harus Halal?”

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu"
(Al-Baqarah : 168)

"Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah."
(An-Nahl : 114 )

"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya."
(Al-Maidah : 88 )

Karena Halal adalah perintah Allah ^^




Alhamdulillah, ilmu baru, teman baru 


Regards, cicicipta.

1 comments:

  1. 1 kalimat yg akan mengingatkanmu pada seseorang "hai peri cantik"

    ReplyDelete

Happy Apple