Saturday, July 9, 2016

Bukber (Buka Bersama atau Buka Berdua?)

Peringatan!! : Tulisan yang ada dibawah ini nantinya akan sangat berbeda dengan judul yang tertera diatas.




 Ramadhan telah tiba 
telat, banget, Ci.

Saya cuma memutar ulang waktu sebulan yang lalu aja. Sebulan yang lalu saya bahagia banget menyambut bulan penuh berkah ini. Nggak kayak Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, Ramadhan tahun ini membawa kesan lebih 'special' menurut diri saya sendiri. Kenapa? cuma saya dan Yang Maha Tahu yang tahu.

Nggak kerasa sebulan lewat. Kali ini saya bilang 'nggak kerasa' bener-bener nggak merasa, yang dalam artian "loh, kok udah mau lebaran aja?" "lah kok udah mau syawal aja?" dan lho lho yang lainya.

Jujur. Saya senang dengan datangnya bulan penuh ampunan ini. Bulan dimana semua amalan dilipat gandakan, Senang banyak orang ramai-ramai merayu Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Senang juga karena saya tahu, di bulan-bulan inilah ajangnya menjalin tali silaturahmi. Kenapa? secara nggak langsung ritual acara buka puasa bersama itu menjadi salah satu moment buat bersilaturahmi.

Walaupun banyak juga pandangan miring tentang negatifnya acara bukber-bukber seperti yang terlampir di situs Hipwee.com yang gencar disetiap malam bulan Ramadhan, tapi menurut pemikiran saya sendiri ini masih dalam dampak positif.

Kenapa? Karena ini termasuk 'pilihan' dan bagaimana individu masing-masing menyikapinya.

Memang, beberapa dampak negatif yang disebutkan dalam salah satu artikel disana 'bisa jadi' memang banyak yang beranggapan seperti itu tapi menurut saya kembali lagi, itu adalah 'pilihan' dimana individu tersebut bisa menolak atau meng-iya kan. dan ini sepenuhnya BUKAN salah acara turun-menurun yang dinamakan dengan BUKBER. Bukan.

Terlampir, Setuju atau tidak, di balik acara buka bersama, ada misi terselubung pamer kekayaan dan pencapaian.

Justru, menurut saya, Bukber yang biasanya dilakukan oleh sekelompok orang, bisa sekelompok pebisnis sukses, atau sekelompok remaja yang lagi reuni SMA, reuni SMP sampai reuni SD, bisa menimbulkan dampak positif. Alur pembicaraan bisa menjadi lebih luas dengan membicarakan karir masing-masing. Bisa tahu pencapaian teman-teman kita seperti apa, berbagi tips sukses, sampai berbagi kisah-kisah inspiratif agar semangat lebih membara. Pamer kekayaan dan pencapaian? No. Mungkin itu sebagian kata yang terkadang muncul apabila ada rasa iri dalam hati apabila tidak senang atau iri atas pencapaian teman kita. Lagi pula niat pamer nya seseorang itu tidak ada yang tahu, itu abstrak, itu.. ambigu. Darimana kita tahu dia pamer? Teman kita membawa mobil pada saat bukber lantas mengganggap dirinya pamer kekayaan dan pencapaian?. Sesungguhnya yang tahu akan niat seseorang itu hanya dirinya sendiri dan Penciptanya. Siapa tahu dia membawa mobil karena takut hujan? ya atau karena memang sekarang kendaraan itulah yang ia miliki. Dan apa salahnya?

Poin berikutnya, Tajuk utamanya sih buat sekalian silaturahmi, tapi nyatanya malah fokus sama gadgetnya masing-masing.

Kembali ke diri masing-masing dan bagaimana suatu perkumpulan itu menyikapinya. Sibuk ke gadget bisa ada banyak kemungkinan, bisa mungkin keabisan topik pembicaraan? Bisa. atau megang gadget cuma untuk upload foto di path atau instagram? Bisa. Bisa aja kan menciptakan suatu permainan supaya ada interaksi? atau bertukar cerita. Jujur, saya dulu pernah jadi tipe yang kayak gini HAHAHA sibuk sama gadget saat orang lain bercerita, dan itu alasanya, 1. karena saya nggak tau mau menimpali cerita kayak gimana. dan 2. karena saya bingung mau ngomong apa. HAHAHAHA. Tapi InsyaAllah sekarang mah nggak, coba gak megang hp pas kumpul dannn coba ikutin alur pembicaraan aja walaupun kadang ga ngerti atau bingung, ya maklum saya mah apa atuh pendiem /lalu di tabok/
Jadi intinya urusan gadget mah ya bukan di bukber doang lah ya.. pas lagi ngumpul pun juga banyak kok yang autis ke gadgetnya masing-masing jadiii back to poin 'bagaimana individu itu menyikapinya'.

Poin selanjutnya, Bukber adalah momen tepat untuk bicara keseruan masa lalu, tapi ujung-ujungnya malah jadi ajang gibah.

Yaaaa ini mah bukan salahnya bukber juga lah ya, mau dimana aja juga bisa kok gibah😂 Kembali ke poin balik lagi ke menyikapi keadaan , sebagai salah satu orang yang sadar kalau gibah itu adalah perbuatan tercela mungkin bisa men-stop alur pembicaraan biar gak merembet, jangan malah nambah-nambahin, ya alihin aja pembicaraan ke obrolan netral yang nggak mengarah ke gibah, kayak ngomongin film bioskop yang lagi hitzzz? "eh eh lu pada udah nonton Conjuring 2?" misalnya gitu. "Ah udah lama itu mah gua nonton, norak lau" jawab satu orang temen. "Anjir lu tau nggak? gua nonton yang midnight!" timpal temen yang lain. dan bla bla bla jadi pada cerita pas mereka nonton conjuring 2 kan? and no gibah😂

Acara bukber juga bisa bikin rasa gengsimu meninggi. Demi prestis kamu rela boros deh~

Nggak kok, fair fair aja teman-teman saya mah pas lagi diskusi tempat bukber "tempatnya yang pas dikantong juga dong" wkwk jadi tergantung bagaimana cara memanage uang biar irit tapi tetep bisa kumpul, kalau mikirin gengsi juga mah ga selesai-selesai

Bulan Ramadan harusnya jadi ajang memperbaiki diri, bukan malah melewatkan solat Maghrib, Isya dan tarawih karena bukber.

Oh yang ini bener-bener ke individu masing-masing. HAMPIR SELURUH bahkan SEMUA tempat makan atau restoran restoran menyediakan tempat beribadah kok, bisa kan izin sebentar keluar dari kerumunan dan ke tembat sembahyang? atau lebih bagus lagi mengingatkan "eh sholat magrib dulu yuk". Solat terawih yang terlewat juga sebenarnya sangat disayangkan, tapi banyak pilihan di tangan, bisa aja kamu milih pulang duluan? atau solat terawih secara munfarid. Kalau solat isya kelewat? nggak mungkin lah ya kecuali kalau abis bukber terus kelupaan ketiduran sampe subuh😂

Kamu bisa mengecewakan ibumu. Padahal dia sudah masak makanan kesukaanmu supaya bisa melihat senyummu di meja makan.

Mengecewakan ibu bisa diantisipasi dengan kamu sudah bilang jauh-jauh hari sebelumnya bahwa kamu nggak akan buka puasa dirumah pada hari tertentu. Minta izin dan bilang kepada ibu 3 hari sebelum datangnya hari bukber itu nggak masalah kalau menurut saya.. yang mengecewakan adalah, Pas lagi kuliah terus mama udah masak dirumah, tapi tau-tau kok kamu nggak pulang pas magrib padahal mama udah masak, nah karena takut dicariin baru deh dadakan sms ngabarin kalo nggak pulang karena mau buka puasa bareng temen-temen kuliah.. nah, kalau begitu ceritanya mungkin aja bisa kekecewaan itu terjadi.

Kalau kamu pernah punya seseorang dengan cerita pahit di masa lalu, bukber juga bisa mengungkit luka lama.

Yhaaaaaaaaa kumaha atuh maneh mah.

Sudah lah poin terakhir tak usah di bahas.
intinya gue nggak setuju aja kalau moment bukber yang hikmat dan bisa jadi ajang menyambung tali silaturahmi ini banyak di kaitkan dengan hal-hal negatif. Memang BENAR adanya hal negatif ini bisa terjadi, tapi itu semua tergantung diri kita, kita mau NOLAK atau meng-IYA-kan. Selama niat kita lurus untuk menyambung tali silaturahmi dan menepis kerinduan dengan kawan, why not?

begitu adik adik sekalian.
sampai disini dulu perjumpaan kita,
salam sctv! /di tempeleng/


-----------------

Numpang ngeksis foto-foto bukber. Uhuk.












-------------------



Regards : cicicipta
Tangerang, 30 Juni 2016

Challenge : One Day One Post with Anissun

0 comments:

Post a Comment

Happy Apple