Saturday, October 4, 2014

Tell Me Your Reason [Part 7]




Matahari mulai meninggi, teriknya mulai menyinari seisi lapangan dan suasana semakin hangat. Masih dihari yang sama, entah mengapa jarum jam hari ini terasa begitu lebih lama bagi Hara.

Terlihat lelaki muda pengatur pertandingan membenahkan topi yang tersemat di kepalanya, masih setia berdiri di lapangan sana dan tengah menimbang-nimbang keputusan, ia mulai memejamkan mata sejenak dan menarik nafas pendek,

Wasit pun telah mengambil keputusan,

“Baiklah.. peraturan tetap peraturan.. aku akan Hitung sampai 5, jika ia tetap tidak datang, Ceongdam menang telak”


Deg


Bagai jarum yang menusuk dada seluruh murid SMA Namu, memalukan, amat sangat, bagaimana bisa tuan rumah dikalahkan sebelum perang oleh tim penantang?!


5


Wasit mulai menghitung mundur-

“Cih tidak seru sama sekali” cibir Chanyeol


4


Minho kumohon..,


Wooyoung masih mengatur Nafasnya, ia tetap berdiri tegap dibandingkan Dojoon dan Dongwoon yang tengah terduduk pasrah di lapangan


3


Semua penonton sangat kecewa, tampak jelas diraut wajah mereka,

Ada apa Minho?aku tahu  Ini semua salahku, aku minta maaf, tapi.. SMA Namu membutuhkanmu, tolong datanglah.. dirasakanya sesak didada semakin menguak



2


.


.





- Tell Me Your Reason -

Part 7

Main Cast
Choi Minho | Goo Hara | Jang Wooyoung

Other Cast
Seohyun | Nana | And Others

Previous Part :


Summary :
Terkadang apa yang kau lihat belum tentu seperti apa yang terjadi, aku tahu itu. tapi semua itu sulit.. karena aku benar-benar melihatnya. aku harus bagaimana? masihkah bisa aku mempercayaimu, Minho?






Hara tertunduk lemas, menggenggam erat tangan kanan dengan tangan kirinya, sedangkan Wooyoung tengah mencuri pandang untuk sedikit menoleh pada Gadis yang diam-diam ia perhatikan ini, Wooyoung mengerti, pasti kini Hara sedang menyalahkan dirinya sendiri, memang Minho pengecut.

2
.
.
.
“SMA Namu dinyatakan-“


“Tunggu!”


-


Semua kegiatan terhenti sejenak. Waktu seakan berhenti beberapa detik.

Mata Hara membulat lebar, ia segera memalingkan wajahnya ke arah sumber suara, mengatur pandanganya yang hampir buyar oleh buliran air mata yang tidak diizinkan keluar oleh sang pemilik.

Itu Minho.

Ya, Minho tengah berdiri di sudut lapangan dengan nafas tersenggal dan peluh yang mengalir dari dahinya, meski jarak kursi penonton yang terhitung cukup jauh dengan jarak Minho, namun Hara yakin betul bahwa yang berdiri disana adalah Choi Minho.

Wooyoung menyunggingkan senyumnya, Minho berjalan memasuki lapangan, suasana yang sempat hening oleh kehadiran Minho digantikan dengan sorak sorai yang membahana,

SMA Namu, belum kalah.

Jongin tersenyum remeh “kukira dia tak akan datang”
“aku fikir kita tidak akan berkeringat hari ini” Ujar Tao

Chanyeol menepuk pundak Tao dan tersenyum menampakan gigi gigi putihnya “simpan tenagamu Tao, sepertinya kita bisa menang dengan mudah”


-


Minho berdiri tegap disebelah sang kapten basket yang tengah melirik ke arahnya

“bersyukurlah, tadinya aku akan menghabisimu jika hari ini aku tak melihat batang hidungmu”

Minho terdiam, masa bodoh dengan pertandingan konyol ini, lagipula ini tak ada hubungan denganya, melelahkan saja dan hanya membuang-buang waktu

Sudut mata Minho terarah pada salah satu bangku penonton paling depan, dimana pemilik bangku itu tengah menatapnya dengan penuh berharap, sudut matanya sedikit basah, habis menangiskah? Atau baru saja akan menangis? Entahlah. Namun kini ia tersenyum, kedua tangan gadis itu mengepal keudara dan bibirnya mengucapkan –fighting!-  yang tak dapat Minho dengar, namun Minho bisa langsung tau hanya dengan melihat bentuk bibir gadis itu.

Minho tersenyum kecil “Ini bukan karena Namu, tapi karena Hara” Mata elang Minho menatap Wooyoung tajam

Wooyoung mengepalkan tanganya, aliran darahnya dirasa semakin cepat, dirasanya semangat yang begitu menggebu-gebu untuk memenangkan pertandingan

“Berterimakasihlah pada Hara”

ujar Wooyoung sekilas sebelum wasit mengisyaratkan kedua tim untuk saling bersiap.

Cheongdam tengah bersiap.

Namu bangkit bersemangat.

“Mohon bantuanya”

Kedua tim saling membungkuk memberi hormat, Bola Basket tengah dijunjung tinggi oleh sang wasit, dihadapan bola itu tengah berdiri Kapten basket dari masing masing  tim, Jang Wooyoung dari Namu dan Park Chanyeol dari Cheongdam.

Bola dilambungkan ke udara, mulai jatuh kembali ketanah, kedua kapten berusaha meraih bola itu, dan, bola itu jatuh di tangan Jang Wooyoung! Bagus!
Kapten basket Namu memang selalu bisa di andalkan.

Sorak sorai teriakan para siswa-siswi yang menonton pertandingan pun semakin memanas

“ya Hara! Sudah kubilang kan, Wooyoung oppa itu keren! Kau jadian saja denganya” Ujar Seohyun di tengah tengah waktu yang memang sangat tidak tepat

“Ya! Bukan waktuya bicara yang aneh-aneh!” Jitakan Hara mendarat sempurna di kepala sahabat kesayanganya itu, Seohyun hanya mengelus kepalanya dan menggembungkan pipinya.


Kembali ke lapangan-


Wooyoung mendribble bola dengan amat lincah, bola itu bagai memiliki daya magnet dengan tangan Wooyoung, Wooyoung berlari melewati Chanyeol dan Jongin yang menghadang didepanya, ia semakin dekat menuju ring Cheongdam,disana ada Key, Wooyoung mengoper bola pada Key, Key lantas berlari melewati lawan-lawan pertandinganya, didepan telah berdiri Wooyoung dengan jarak
begitu dekat dengan ring cheongdam, Key mengoper kembali bola pada Wooyong yang tengah berlari kedepan lebih dulu.  Wooyoung pun melompat untuk memasukan bola ke ring.

Dan-


Masuk!


Nice Slamdunk.


“2-0 untuk SMA Namu”


“Kereeeeen!”


Seohyun dan Nana berteriak histeris dan semakin menjadi jadi. tidak hanya mereka tentunya, semua murid dibangku penonton dibuat kagum oleh partner Wooyoung dan Key, jika ada Suho, mereka bertiga memang bagai dewa basket.

Wooyoung melirik ke arah Minho, Minho menyunggingkan senyum “Slamdunk ya”

Wooyoung membalas senyum Minho, “bermainlah dengan benar, jangan menjadi lubang hitam SMA Namu” ujar Wooyoung yang sedikit mencekat gendang telinga Minho.

Pertandingan belum selesai, Wooyoung kembali berlari,


Kini Dongwoon mendrible bola, berpartner dengan Dojoon, meski usia mereka terpaut 3 tahun, tapi mereka tetap kompak dan dapat menghasilkan teamwork yang cukup bagus.

Dongwoon mengoper bola ke arah Dojoon di dekat ring Cheongdam, Dojoon mulai membidik dan shoot!

Namun sayang, Chanyeol disana menepis bola tersebut hingga bola itu melambung tanpa arah dan dengan indah di tangkap oleh Tao,

“Tao, oper bolanya pada Jongin!” teriak Chanyeol

Tao menurut, lantas ia melemparkan bolanya ke arah Jongin.

Di arah bangku penonton, semua yang tengah duduk disana telihat heran,

Nana mengangkat alis “Apa kapten mereka si Park Chanyeol itu bodoh? Mengapa dia mengoper bola pada Jongin yang jelas-jelas sedang dijaga ketat oleh Minho?”

Hara dan Seohyun berusaha mencerna omongan sahabatnya ini yang ternyata ada benarnya juga.

Benar saja, Bola itu bisa dengan mudah direbut oleh Minho, semua pendukung SMA cheongdam bersorak antusias. Mendukung Minho yang sedang mendribble bola dengan indah.

Minho berlari dengan mudahnya

“Kapten, apa tidak gawat jika mengoper pada Jongin?” protes Lay

Chanyeol hanya tersenyum penuh arti

Minho berdiri di jarak yang cukup jauh dengan ring dan dijaga ketat oleh Chen, Minho harus mengoper, namun semua pemain sedang dijaga ketat, Minho masih mendribble sekaligus menghindari Chen.

Kening Minho mengerut, dan peluhnya bercucuran,


“Argh” Erang Minho


Chen dibuat bingung melihat lawan main di hadapanya ini,

Hara, Seohyun dan Nana mulai mengangkat alis keheranan, Wooyoung melihat Minho lebih jelas. Wajah Minho tampak kesakitan, sepertinya ada yang salah dengan Minho,


Minho masih mendribble bola, Namun terlihat setetes darah menetes dari tangan Minho dan menodai bola basket itu, Mata Hara membulat terkejut melihat noda darah di bola itu,


Key, Wooyoung, Dojoon dan Dongwoon tak kalah kagetnya, “Minho ada apa?” Tanya Wooyoung tampak khawatir, sebagai kapten basket yang memperhatikan seluruh anggotanya, meski ia mempunyai tatapan sengit pada Minho, namun Minho tetap anggotanya.


Hara memutar otak mengingat kejadian tadi malam-

Terlintas dimana Minho menghantam keras tanganya ke arah tembok batu pada malam itu, tidak salah lagi, pasti luka tadi malam yang belum sembuh betul, dan karena Minho terus terusan mendribble bola membuat luka itu terbuka kembali, gawat..


Chanyeol tersenyum bangga, jadi ini maksudnya-


Tao menoleh ke arah Chanyeol, Chanyeol tersenyum dan mengangguk “sudah kubilang, simpan tenagamu Tao” Tao tersenyum dan kembali fokus pada pertandingan.


-


Minho masih menahan rasa sakit, semua mata yang memandang Minho terlihat iba, apa bisa Minho bertahan dengan kondisi seperti itu?

Minho yang merasa keadaanya yang sebenarnya sudah diketahui, dirasakan banyak mata yang sedang menatapnya, bukan padanya, melainkan pada tanganya yang terus mengalirkan tetes demi tetes darah itu, detik demi detik, Minho pun mulai merasa jijik dengan keadaan ini, jijik dengan mata yang menatap iba padanya, sungguh memuakan.

Minho tersenyum simpul pada Chen yang masih setia menghadang didepanya, “Kau fikir dengan keadaanku yang seperti ini, kau bisa mengasihini aku dan mulai bersikap sedikit lebih lembut padaku?”

“Mwo?” Chen mengerjitkan alisnya tak mengerti maksud ucapan Minho

“Rebut saja bolanya jika kau mampu” ujar Minho sebelum ia menghempaskan bolanya ke sisi kiri Chen, ia berlari menghindari Chen dan menangkap kembali bola yang memantul itu,

Berhasil! Minho dapat melewati Chen.

Hebat Minho. Semua mata mulai mengagumi permainanya, Hara menarik nafas lega oleh pemandangan barusan.

Minho mulai melirik ke arah Wooyoung namun Wooyoung tengah dijaga ketat. Tak ada jalan lain selain menembak, Minho bersiap untuk membidik..

“Apa apaan Minho? Dengan jarak sejauh itu, apa mampu ia menembak bola dengan keadaan tangan yang seperti itu?” Ujar Salah seorang yang duduk dibangku penonton tak jauh dari Hara, Hara Seohyun dan Nana dapat mendengar jelas dan membenarkan omongan orang tersebut


“Ya Minho! jarak itu terlalu jauh!” panggil Key

Minho tak menggubris, Minho lantas melanjutkan kegiatanya, bersiap menembak bola dan shoot!


Bola melambung tinggi menuju ring, dan terhisap masuk dengan sempurna!


Masuk!


Threepoint.


“5-0 untuk SMA Namu!”


Berhasil. Minho mencetak angka!

Tepukan tiada henti hentinya untuk seorang Choi Minho, tak disangka, Minho yang hampir di juluki sang pengecut dapat mempertontonkan pertandingan yang hebat bersama tim basket di SMA Namu.


Minho segera berlari ketengah lapangan untuk bersiap mendapat bola yang selanjutnya. Ia melewati Chanyeol yang berdiri diam seribu bahasa, “bertarunglah sekuat tenaga, jika tidak, kau tak akan bisa menang” Ujar Minho yang dapat tertangkap jelas oleh gendang telinga Chanyeol. Tangan Chanyeol mulai mengepal keras, ia mulai geram,

Minho tidak memperdulikan sedikitpun perubahan raut wajah Chanyeol ataupun keadaan Chanyeol, ia terus berjalan ketengah lapangan, disampingnya tengah berdiri Wooyoung yang tak kalah berkeringat dengan Minho “Threepoint ya, boleh juga”

Minho menyunggingkan senyum “bagaimana? Slamdunk memang keren, tapi Threepoint lebih tinggi 1 poin”


-


Pertandingan masih berlanjut dan kini semakin sengit, SMA Cheongdam salah karena menganggap remeh Namu.


Skor 22-18 Untuk SMA Namu


Meski Minho bertahan tetap saja, kondisi tangan Minho makin lama makin memburuk, rasa perih yang tidak dirasa oleh Minho memaksa Minho untuk merasakanya

Di menit menit terakhir Minho ingin sekali dapat mencetak angka, namun ia mulai rasakan perih yang tak tertahankan, ia lalu mengoper pada Wooyoung dan dengan mudah Wooyoung menembak dan mencetak angka


Peluit berbunyi, pertandingan hebat dimenangkan oleh SMA Namu!



Sorak sorai penonton pendukung SMA Namu mewarnai kemenangan pertandingan yang tengah mereka nanti-nantikan dan kini mereka dapat bernafas lega oleh kemenangan Wooyoung dan kawan kawan.

Wooyoung, Minho dan anggota yang lainya menerima mendali dan bunga sebagai tanda kemenangan.

Wooyoung yang telah berhasil mencetak angka terakhir menghampiri Minho, dan menepuk pundaknya

“Kerja bagus, segeralah ke UKS” Ujarnya

Minho menepis tangan Wooyoung di pundaknya “tenang saja, ini tidak akan membuatku mati” Ujar Minho dan segera berjalan menuju UKS, dasar anak ini, tetap saja ketus

Wooyoung hanya menyunggingkan senyum, pemikiran negatif serta citra Minho yang buruk setidaknya sedikit memudar-

ucapan selamat tak henti hentinya datang menghampiri Tim yang tengah memenangkan pertandingan tersebut.

Wooyoung memandangi mendali di lehernya, lantas ia memutar pandanganya mencari sesosok gadis yang sedari tadi menonton disana, namun gadis itu sudah hilang dari tempat duduknya, kemana Hara? Batinya.

Ingin ia segera mencari Hara dan menyematkan mendali ini sebagai tanda terimakasih telah mendukungnya. Namun tidak bisa, karena kini banyak murid yang tengah mengerumuninya untuk memberikan selamat.


-


“Ya Minho!”

Panggil seorang gadis kurus yang sedari tadi berusaha mengejar langkah kaki jangkung Minho, Minho menoleh, “Cih kau lagi!”

Minho segera memalingkan wajahnya tak peduli, ia tetap fokus melangkahkan kakinya dan bahkan kini ia berjalan  semakin cepat,

“Hei Ya!” Hara pun mulai berlari untuk menyeimbangkan langkah kaki pria jangkung itu

“Kau dengar tidak sih aku panggil?” Tanya Hara yang tak direspon sedikitpun oleh Minho


“Kyaaaaa! Minho oppa!”


Minho dan Hara seketika tercekat oleh lengkingan suara Nada tinggi dengan irama abstar yang tiba tiba menabrak gendang telinganya secara tidak sopan, dengan sigap mereka menutup kedua telinga mereka dengan kedua tanganya.


“Aish!”

Minho tahu suara apa itu, ia terlihat kebingungan sekarang, suara teriakan-teriakan melengking yang sudah lama tidak dia dengar kenapa kali ini dia harus mendengar lagi?!
suara apa lagi kalau bukan suara segerombolan remaja mengerikan.

“Kyaaa Oppa tadi kamu keren sekali!” ucap seorang yeoja yang tiba-tiba muncul disamping Minho, menggeser atau lebih tepatnya mendorong tempat Hara yang tengah berdiri disamping Minho, Hara terkejut dan mengelus dadanya, huh hampir saja dia jatuh.

Salah seorang yeoja lainya mulai mengeluarkan ponsel disakunya “oppa! Bolehkah aku berfoto denganmu? Eoh?”

“Aku juga mau oppa!”

“Aku juga”

Hara menggeleng-gelengkan kepalanya, ckck rupanya para fans Minho telah kembali.

Minho tampak kesal, ia belum sempat menarik nafas lega bahkan belum bisa beristirahat walau sejenak, belum lagi ia belum sempat mendapat pengobatan sedikitpun tapi sudah ada halangan begini, Minho memejamkan matanya, menarik nafas panjang dan bersiap untuk meledak seperti biasanya

Ketika Mata minho terbuka ia menangkap wajah Hara yang tengah mengisyaratkan untuk jangan melakukan hal kasar seperti biasanya,

Minho kembali memutar memory yang terekam didalam ingatanya


“setidaknya tersenyumlah.. dan katakan terimakasih, itupun sudah cukup”


Minho ingin mengacuhkan kata kata yang terlintas itu, Tapi-


“Ah merepotkan saja!” keluh Minho


Minho mulai berusaha menarik senyum, perlahan namun pasti senyum Minho pun terkembang, yeoja-yeoja itu tampak semakin histeris, bagaimana tidak? Namja dingin yang tak pernah bersikap ramah ini sedang tersenyum..

“Terimakasih, tapi aku harus ke UKS, mianhe” ujar Minho pelan,

setelah selesai mengucap sepatah dua patah kata, ia segera melewati gadis-gadis itu dan bergegas  menuju UKS

Hara terdiam mematung, tidak percaya akan apa yang ia lihat barusan, seorang Choi Minho, tersenyum..



-



Petugas PMR tengah membalutkan perban dan menempelkan beberapa plester untuk melekatkan perban tersebut pada tangan Minho.

Minho telah selesai menerima pengobatan di UKS, Hara yang sedari tadi duduk di bangku sebelah Minho hanya diam memperhatikan para petugas PMR yang tengah mengobati Minho

“kalau kau tak ada perlu keluarlah”

Hara mendelik, apasih Minho, baru saja ia melihat Minho tersenyum dan bersikap baik, tapi kenapa dia begini lagi?

“kenapa kau tetap bermain dengan tangan seperti itu? Bodoh!”

Minho melirik Hara sekilas, “sepertinya akan ada yang menangis jika aku tidak datang” Celetuk Minho

Mata Hara membulat dan pipinya merah padam, hatinya tercengos, apa iya yang Minho maksud itu dia? tidak mungkin kan Hara nangis Cuma buat seorang Choi Minho?!

“Ah Sudahlah!”

Hara kehabisan kata-kata, ia bergegas berdiri dan berniat beranjak pergi sebelum tangan Minho yang terbalut perban menggenggam tanganya dan menahanya untuk pergi.

Hara terdiam mematung, ia melihat tanganya yang tengah digenggam namja ini, hening-

“W-Wae?” tanya Hara agak tergagap yang memecah keheningan, dengan segera Minho melepas genggaman tanganya

Minho berdiri dan melepas mendali di lehernya, lalu memberikanya pada Hara.

Hara kebingungan memandang mendali yang masih berada di tangan Minho itu namun mulai disodorkan ke arahnya,

apa maksudnya? Apa ini..., untuk aku? Batin Hara.


“Maaf” Ujar Minho


“Maaf, tak seharusnya aku menumpahkan kekesalanku padamu tadi malam”


Hara masih tak mampu mencerna dengan baik maksud dan ucapan Minho, namun perlahan tapi pasti, ia meraih mendali di tangan Minho yang mengisyaratkan ia menerima permintaan Maaf Minho.



“Hei lihat... jika kau tidak bertindak cepat, gadismu bisa direbut anak itu”



Gumam Dojoon di ambang pintu UKS, entah sejak kapan ia berdiri disana, disampingnya berdiri Jang Wooyoung yang tengah menggenggam semakin erat mendali hasil kemenangan yang baru saja ia raih,





Tapi rasanya, ia belum menang.





To Be Continued...




____________________________________________________


N/B : Annyeong! akhirnya kan setelah sekian lama gue bingung akhirnya gue lanjutin juga>< soalnya ini part paling ribet menurut gue soalnya kan gambarin pertandingan gitu jadi agak keriting juga nih tangan ._. heuheu, ok over all thanks for visit and read^^



Regard : @cicicipta

4 comments:

  1. okefixx.. perjalanan perebutan cinta pundimulai, wooyoung ataupun minho harus berusaha keras dapetin perhatian hara, btw seohyun sama nana kocak abis wkwk. kece banget gilak itu dilapangan bening bening semua mana ada exo O_O, belum ada next chap nya ya unni? ditunggu yaaa :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya itu satu sekolahan kayaknya bening bening semua astaga, rela deh gak pulang pulang demi nginep ama bias bias di sekolahan XD hihi oke ditunggu yaa^^

      Delete
  2. wah triangle love nya dimulai nih, next chap aku tunggu ya eon :)

    ReplyDelete

Happy Apple