Friday, May 6, 2016

The Last Word Early Story (Episode 11)




Previous Episode : Episode 1 | Episode 2 | Episode 3 | Episode 4 | Episode 5 | Episode 6 | Episode 7 |                                  Episode 8 | Episdoe 9 | Episode 10

Hatinya kini terus saja resah, entah apa yang terjadi. Ara merasa lelah setiap kali harus memikirkan kisah cintanya. Tentang Fauzan yang mulai memberi perhatian atau tentang Faris yang mulai membuat pikirannya teralih begitu saja.

Beberapa hari ini di kantor sikap Ara pun berbeda. Tak ada lagi kertas origami. Tak ada lagi intip-intipan ala reporter pada fauzan. Faris? Sama. Semuanya kini diacuhkan Ara. Ia hanya sibuk dengan semua deadline dan wawancara ke sana ke mari.

"Ra, Lo sakit? Kenapa jadi pendiam gini sih? Patah hati? Kan Fauzan udah buka hatinya ke elo sekarang." David menyangga dagunya dengan kedua tangan, memandang Ara dengan penuh rasa penasaran.

"Maksud lo? Lo tau darimana? Jangan-jangan lo..." Mata Ara mengernyit setengah melotot ke arah David.

"Gue cuma mau bantuin lo doang, Ra. Lagian usaha lo cuma lempar origami doang, ya mana berhasil," tanpa rasa bersalah, David terus menyerocos di depan Ara.

"GILA lo ya, Vid? Harusnya elo ga perlu ikut campur. Ga perlu sama sekali. Ini urusan pribadi gue." Ara menghempaskan map di depannya dan berserakanlah segala isi dari map itu. David bukan main terkejutnya mendapati respon Ara yang begitu tak terduga. Ia mundur beberapa langkah, mengangkat kedua tangannya berusaha menahan emosi Ara.

"Oke, gue minta maaf. Tapi niat gue baik, Ra. Serius. Sekali lagi gue minta maaf." David kembali melangkahkan kakinya menjauh dari meja kerja Ara. Terlihat beberapa karyawan lain saling pandang. Tidak terkecuali Fauzan dan Faris.

Sepeninggal David, Ara benar-benar merasa bersalah membentak David. Harusnya ia bisa mengontrol emosinya lebih baik tadi. David hanya ceroboh. Diambilnya berkas-berkas yang berserakan tadi kemudian disusunnya kembali satu persatu. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. "Aku lapar," keluhnya.

Di kantin kantor, Ira dengan pelan mengangkat sendok yang sudah diisi nasi goreng favoritnya. Sesekali ia putar-putar sendoknya, entah kemana pikiran Ara sekarang bermuara.

Dari jauh, Fauzan dan Faris datang mendekat. Ara yang menyadari itu, mengacuhkan nasi goreng yang baru beberapa suap ditelannya. Langsung saja ia bergegas pergi. Fauzan dan Faris pun saling pandang. Sama-sama mengangkat baru.

"Dia yang gue suka, Zan."

"Siapa?"

"Ara... "

Fauzan tak melontarkan respon apa pun. Berusaha mengontrol perasaannya. Sesimpul senyum terbentuk di wajahnya. Ditepuknya punggung Faris.

"Tapi dia udah duluan suka sama lo, Zan," lanjut Faris yang bergantian tersenyum. Fauzan terdiam sejenak.

"Ya sudah, kita biarkan saja Ara yang memilih dan Tuhan yang menentukan," ucap Fauzan lalu melemparkan pandangan jauh lewat kaca jendela.


By: Annisa Fitri




Note:
Ini adalah challenge group menulis One Week One Paper (OWOP).


Temanya adalah "The last word, an early story", dimana member lain yang mendapatkan urutan selanjutnya, meneruskan cerita menggunakan kata terakhir dari cerita sebelumnya.

0 comments:

Post a Comment

Happy Apple