Mereka asyik melanjutkan percakapan dan tidak memperhatikan
kemana faris pergi, Seseorang dari kejauhan memanggil Ara "raaaaa"
teriak David sosok tinggi jangkung dengan khas rambut keritingnya.
"... karena takut ketahuan oleh Fauzan dan satu orang
lagi -David. Kenapa di saat begini editor penanggung jawab gadis itu harus
muncul? David dan sifat keponya adalah hal yang paling merepotkan untuk
dihadapi Ara saat ini.
Daripada David memborbardirnya dengan bermacam pertanyaan
hal yang kepo, Ara memilih kabur sekarang takut ketahuan oleh Fauzan, dan David
pun langsung berlari mengikuti Ara.
"Raa tunggu" teriak David sambil menarik tas
gemblok bunga2 nya dengan sigap.
"Aaahh elo apaan sih gatau apa orang lagi...."
"Lagi apa raa ?"
"Lagi...kepooo mau tau aja lo emang ada apaan sih gue
lg buru2 nih"
"Gapapa gue cuma mau tanya laporan hari ini udah
selesai belum gue mau liat. Emang ada hal lebih penting dari pd ini ? Tanya
David sang editor penasaran.
"Iyaa ini lg gue kerjain tp bentar ada sesuatu yg harus
gue urus, kalo ini ga kelar bisa ga fokus gue ngerjain laporannya, lo mau
hasilnya asal2an hahh?"
"Woilah galak amat neng iyee iyee maap yauda gih
selesaiin dulu urusan lu awas gue tunggu siang ini yaa HARUS SELESAI"
"Iyee selow in syaa Allah selesai bantu doa aja yaa
byee"
"Eh bentar emng urusannya apa sih?" Selidik David
"Mau tau ? Kepoooo" Iseng Ara tertawa sambil
berlari takut di tahan David lagi.
"Gue harus ketemu Faris pokonya harus bisa gawat kalo
udh dibaca dan...aaaa jgn pikir yg ga ga dulu" batin Ara dengan panik
sambil sesekali menenangkan hati
Di taman.
Sambil tersenyum2 sumringah dengan detak jantung yg tak
beraturan Faris membaca tulisan Ara dengan seksama.
"Hahh Ara setiap aku membaca tulisan mu semakin aku
ingin bilang pada mu bahwa aku jg merasakan hal yg sama" Faris berbicara
sendiri di taman yg asri dan sepi.
"Yaa sepertinya harus, hari ini aku akan berbicara
dengan Ara, harus !"
Dan bergegaslah Faris mencari Ara.
Di lorong kantor.
"Faris..."
"Ara..."
Sapa Faris dan Ara berbarengan ketika tidak sengaja bertemu
di lorong.
Dengan napas terengal2 karna sudah jalan cepat Ara
memberitahukan bahwa ingin menjelaskan sesuatu.
"Sama gue jg ra.. tp ladies first silahkan lo dulu yg
ngomong" jawab faris dengan tersenyum memikirkan bahwa yg akan di
bicarakan Ara sama dengan apa yg ingin Faris sampaikan.
"Sebelumnya maaf bgt yaa gue mau nanya kertas burung td
masih ada di lo ? Terus udh lo baca ? Aduuh gmn yaa jelasinnya gue jd binggung
nih hehe"
"Santai raa santai lo atur napas lo dulu hehe"
"Huhh hahh gini, Faris itu tulisan gue burungnya salah
mendarat maaf bgt tulisan itu bukan buat lo" terang Ara sambil malu2
dengan suara kecil karna merasa ga enak sama Faris.
Seperti disambar petir hati Faris retak seketika seperti
kaku tiba2 tidak bisa berbicara.
"Ris.."
"Eh raa sorry..iyaa ini yg mau gue omongin gue kan tau
yg suka buat kaya gini nih elo, makanya mau gue balikin sekalian mauu ciiiee
in, ciiee buat siapa nih raa bagus jg tulisan lo hehe" Jawab Faris sambil
nyerahin kertas burungnya
"Sorry yaa gue lancang baca duluan sebelum sampe ke
orang yg pasti hehe" sambung Faris lg.
"Hehe iyaa gpp sorry yaa lo ga baper kann? Haha suatu
saat nanti akan ada kok cewe yg nulis kaya gini buat lo hehe"
"Haha baperrr ? Yaa gaa lahh gila kali, yaudah yaa gue
cabut duluan ada yg mau gue kerjain dah raa" ucap Faris memotong karna
takut ketahuan Ara.
Di cafe kantor lantai atas.
"Wey bro ngapa lo bengong gitu" sapa Fauzan yg
tiba2 muncul menghamburkan lamunan Faris.
"Heehh elo zan, gak kok gpp gue cuma lagi mikirin
sesuatu aja"
"Apaan? Mungkin gue bisa bantu?"
"Hahh gak kok gpp"
"Apaansih... lo ga biasanya selow aja kali knp? cerita
lah kepo nih gue"
"Gpp cuma lg kepikiran sesuatu"
"Yaa apaa" Sahut Fauzan dengan penasaran.
"Heemm...gimana nih jd lo, kalo lo suka sama seseorang
yg udah lama lo kira doi suka sama lo jg, lama lo pendem rasa bahwa doi suka
sama lo, sampe suatu saat doi sendiri yg dengan ga sengaja nyatain kalo yg dia
suka ternyata bukan lo, ada cowo lain yg ternyata mungkin sahabat lo sendiri yg
doi suka. Apa yg akan lo lakuin karna udh suka dan sayang sama doi?" Jelas
Faris merasa percaya dan yakin menceritakan ini ke Fauzan.
"Heemm kalo gue jd lo yaa gue pertahanin lahh masa cuma
gara2 salah alamat gue lupain perasaan gue ya ga segampang itu lah. Emng knp
bro lo lg kaya gitu? Selidik Fauzan.
"Hahh yaa gaa laah bukan temen gue nanya ke gue dan gue
binggung jawabannya tp gue sependapat sih sama lo hehe kita emng jo..doohh zan
haha"
"Isshh amitt amiit lo kalo stress jgn ajak2 gue
haha" canda Fauzan dan Faris tertawa bersama.
Di ruangan Faris.
"Fauzan bener, gue harus pertahanin perasaan gue,
paling ga dia harus tau apa yg gue rasain slama ini, dan gue akan usahain deket
dulu sama Ara, yaa mungkin saja memang ini takdir dari Allah, mempertemukan
kita dengan cara yang tak terduga" batin Faris bersemangat.
By : Andi Indah P
Note:
Ini adalah challenge group menulis One Week One Paper
(OWOP).
Temanya adalah "The last word, an early story",
dimana member lain yang mendapatkan urutan selanjutnya, meneruskan cerita
menggunakan kata terakhir dari cerita sebelumnya.
Next Episode : Episode 6
0 comments:
Post a Comment