Friday, May 6, 2016

The last word, an early story (Episode 6)





Previous Episode : Episode 1 | Episode 2 | Episode 3 | Episode 4 | Episode 5


Bersemangat menjalani hari hari adalah sifatnya Ara yang tidak bisa diceraikan dari dirinya. Ia sedari tadi kebingungan harus bagaimana agar Fauzan bisa membaca bait bait yang sudah diciptakan untuk sang matahari bagi hatinya tiap hari. Namun, selepas makan siang tadi pikirannya kalut sekali, iya memikirkan Fauzan, namun entah kenapa pikirannya bercampur dengan Faris, ia merasakan ada yang lain tadi dari gelagat Faris. Berkali kali ia coba fokuskan saja pada Fauzan namun bayang bayang wajah Faris tadi di lorong terngiang selalu.

“Aku kenapa?, kenapa Faris ikut hadir dalam pikiran ini?, ah, hilang dong”.

Ia bicara sendiri. Di meja kantornya seharusnya Ara menyelesaikan deadline yang akan diserahkan kepada David, namun pikirannya kacau sekali.

“Ra, sudah selesai yang gue minta?” Ara hanya membalas dengan nyengir. “harus segera selesai Ra, ini sudah jam berapa, kamu kalau ada urusan yang belum selesai, nanti saja kamu selesaijan Ara, ingat kita kejar deadline dan kejar tayang, kamu gak boleh mencampurkan banyakna urusan yang harus kamu selesaikan, itu pesanku untuk semua rekan kerjaku, hahaha”

“lu kenapa ceramahin gue gitu Vid?, emang gue lagi ngurus apa? Sok tau lu” Ara memoyonhkan mulutnya. “halah, lu, gak usah mengelak ke gue Ra, gue tau kok lu ngurus apa dan kenapa, gue udah pengalaman tau lu, hahaha” David ketawa lepas dengan ciri khasnya. “serah lu lah Vid, lu emang raja kepo dan sotoy” lagi lagi Ara memayunkan bibirnya tanda kesal dan bercampur aduk gelisah takut ketauan sama David. “gini deh, lu cerita ke gue, mana tau gue bisa bantu elu, kan gak rugi lu Ra? Lu gak percaya gue?” sambil membenarkan kerah kemejanya, David masih berdiri di dekat Ara, di ambilnya sebuah kursi. “gue tabak ajalah ya, lu lag jatuh cinta kan?” David menggerakkan alisnya sambil menggoda Ara, wajah Ara langsung berubah. “lu, gak usah grogi gitu ke gue Ra, gelagat perempuan kalau lagi jatuh cinta ada di lu Ra, salah satunya, gak fokus kerja” David kali ini berubah gayanya bahasanya dengan serius.

Ara hanya diam saja mendengarkan perkataan David. Ia kembali memperhatikan catatatn berita baru yang akan ditulisnya. Sambil ngetik Ara bicara “Vid, lu sok tau amat sih jadi orang, emang lu anak psikologi” kali ini David ketawa lagi, walaupun gue bukan anak psikologi tapi gue kan rajin baca Ra, lu lupa ya?. Emang lu mau bantu apa kalau sotoy lu itu benar?” Ara masih asyik dengan ketikannya, ia tidak terlalu menanggapi serius, walaupun hatinya serasa copot ditangkap begini sama David. David itu ember mulutnya, itu yang Ara khawatirkan sebenarnya, jadi ia takut, ini akan menjadi gossip kantor.

“gini aja deh Vid, dari pada lu ganggu gue lagi kerja, mending lu pergi aja, nanti gak selesai ini lu juga yang susah kan? Hahaha.” Ara sengaja tertawa agar David terlihat kacau akan analisanya. “udah lu pergi sana, udah kepo sotoy lu lagi, buat gue gak fokus aja lu” Ara tidak melirik sedikitpun menandakan ia sangat serius menyuruh David pergi. “Dasar jutek lu Ra, gue mau bantuin lu, lu malah giniin gue, ya sudahlah, gue mau kasih sedikit nasehar buat lu, berjuang sendiri dalam hal cinta itu lebih susah ketimbang ada orang ketiga yang menjadi perantara, setidaknya ada rasa malu malu yang tersimpan” David berlalu meninggalkan Ara yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Ara berhenti ngetik saat David beranjak, ia memikirkan kata kata David, ‘benar juga apa yang dia bilang, hmmm, tapi bukan lu yang pasti orang ketiga itu Vid, lu ember sih” Ara tersenyum simpul, ia melanjutkan lamunannya tentang Fauzan dan bertanya-tanya, kenapa tadi saat memikirkan Fauzan sosok Faris datang menghampiri?. Ara bertanya dengan dirinya sendiri. Kenapa wajah iba Faris yang terlukis?.....

By: Helmi Yani


Note:
Ini adalah challenge group menulis One Week One Paper (OWOP).


Temanya adalah "The last word, an early story", dimana member lain yang mendapatkan urutan selanjutnya, meneruskan cerita menggunakan kata terakhir dari cerita sebelumnya.


Next Episode : Episode 7

0 comments:

Post a Comment

Happy Apple